Wednesday, December 22, 2010

HARI IBU bukan MOTHER's DAY

Hari ini adalah hari Ibu. Hari ini semua ibu diberi kebahagiaan oleh anak-anak mereka, ada yang diberi kado dan ada juga yang diberikan kejutan manis. Tapi ada juga yang menganggap hari ini hari yang biasa saja. Inu yang seperti ini tetap saja dengan tegarnya bekerja demi sesuap nasi untuk anak-anak mereka.

====> This is me and my lovely Mom...

Tapi taukah kamu??? Bahwa Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dewi Motik Pramono meminta masyarakat tidak salah persepsi mengenai peringatan Hari Ibu. Ia mengatakan, Hari Ibu di Indonesia, berbeda dengan peringatan Mother’s Day di Amerika Serikat yang hanya didedikasikan untuk para ibu.

Menurut Dewi, sebenarnya, Hari Ibu merupakan hari pergerakan perempuan. “Kita banyak mengalami miskomunikasi dalam memperingati Hari Ibu,” kata Dewi usai menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. Puncak peringatan hari Ibu diperingati hari ini di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Saat bertemu presiden, Dewi ditemani Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar. Juga hadir, Ketua Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) Ratna Djoko Suyanto, Ketua Umum Tim Penggerak PKK Vita Gamawan Fauzi, Ketua Umum Dharma Pertiwi Tety Agus Suhartono, Ketua Dharma Wanita Persatuan Win Ritola, dan Ketua Umum Bhayangkari Irianti Sari Timur Pradopo.
Tema Hari Ibu kali tahun ini adalah “Kesetaraan Perempuan dan Laki-Laki untuk Membangun Karakter Bangsa dalam Mewujudkan Bangsa Yang Sehat dan Bermartabat.” Dewi mengatakan, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah HARI IBU berawal dari sini :
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran[8] yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, dan lain-lain.

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.[9] Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1946. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.










No comments:

Post a Comment